CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Rabu, 06 Februari 2013

Tugas Bu Yo


Kalo ditanya, pengalaman tak terlupakan selama 3 tahun bersama seragam putih biru tua yang melekat ini rasanya pertanyaan yang sulit, ya. Habis banyak banget pengalaman 3 tahun di sini, suka dukanya, nano-nano gitu. Mulai dari pertama kali menginjakkan kaki di sini (baca: SMPN 8 YK) masih dengan seragam putih merah serta wajah polos yang unyu-unyu juga penampilan yang mungkin bikin ngakak kalo liat foto waktu itu. Waktu itu rasanya pengen cepet-cepet pake seragam putih biru tua, ada kebanggaan tersendiri ketika udah pake seragam ini. Berasa lebih gede, dan gamau dianggap anak kecil lagi. Berawal dari nggak kenal siapa-siapa, sampe kenal segelintir manusia, sampe kenal banyak temen kayak sekarang. Dari yang malu-malu temenan, sampe sekarang akrab bahkan nggak jarang malu-maluin alias mempermalukan diri sendiri udah jadi hal biasa sekarang. Dari yang takut sama guru sampe yang punya guru favorit. Aku misalnya, aku punya beberapa guru favorit selama 3 tahun menimba ilmu di sini.
Ibu Sulastri. Guru seni budaya (seni rupa) waktu aku kelas 8 ini guru favoritku. Bu Lastri panggilannya, orangnya baik dan sabar banget menurutku, gimana enggak? Tugas yang udah kadaluwarsa istilahnya, Bu Lastri tetep nerima dan tetep bersedia ngasih nilai tanpa ada pengurangan nilai, lho. Kurang baik apa, coba? Buat beliau, yang penting ngumpulin tugas, lah, pasti dapet nilai. Selain pada dasarnya aku suka seni rupa, aku juga akrab sama beliau gara-gara beliau sering nyuruh aku buat ikutan lomba nggambar ngewakilin sekolah. Nggak Cuma itu aja, Bu Lastri itu orangnya asik, santai, ngajarinnya juga enak, kalo karya kita kurang apa gitu ya beliau bilang “Ini kurang gini, deh, lebih bagus kalo gini.” Nggak ngomong doang, tapi langsung bertindak, alias gambar kita dibenerin gitu, terbukti dong kalo beliau nggak Cuma ngomong doang? Sayangnya, Bu Lastri udah nggak di sini lagi, beliau dirotasi ke SMP N 3 YK. Sedih pastinya, tapi mau gimana lagi? Toh bentar lagi aku juga bakalan ninggalin sekolah ini, kan? Walaupun Bu Lastri udah nggak ngajar di sini lagi, tapi aku masih suka smsan sama beliau, ngasih tau info-info lomba, kadang curhat juga, sih, dikit hehe. Oya, tadi Bu Lastri ke sekolah loh, untung kelas lagi jam kosong, wuah langsung deh aku samperin beliau, melepas rindu terus ngobrol sedikit banyak sambil ketawa-ketiwi gitu. Nggak Cuma aku, loh, Priska, Juju, anak-anak 95 juga banyak yang nyamperin Bu Lastri, pasti mereka kangen juga sama beliau. Jelas dong, guru sebaik Bu Lastri pasti banyak penggemarnya.
Sebenernya ada beberapa lagi, sih, guru favoritku juga di smp ini. Bu Dwi Sejarah, guru kelas 8 juga. Beliau lucu, asik diajak ngobrol, baik soal materi pelajaran ataupun masalah lainnya. Ada Bu Yo juga, guru TIK kelas 9 yang ngasih tugas bikin blog sama bikin postingan ini, nih. Bu Yo itu orangnya baik, asik diajak ngobrol juga, ya walaupun aku nggak jago-jago amat di bidang pelajaran yang satu ini, seenggaknya nggak bego-bego banget juga, lah, ya. Udah dulu, ya, kapan-kapan kita sambung lagi, deh, cerita tentang guru-guru di SMP N 8 YK ini, pastinya guru-guru yang asik besok bakalan aku ceritain, yang killer dan bikin boring, sih, males juga, ya, nyeritainnya haha:p

Jumat, 25 Januari 2013

Bocah Pembersih Perahu


Cerpen ini bisa jadi "catatan harian" seorang bocah yang tinggal di kampung nelayan di daerah Jakarta. Umurnya belum genap 12 tahun namun semangat dan niat mulianya untuk membantu ibunya serta ketegarannya menjalani kerasnya hidup ini seolah membuka mata kita untuk bersyukur atas apa yang Tuhan berikan pada kita karena dibandingkan bocah itu, hidup kita jauh lebih baik. Nah, selamat membaca, semoga cerpenku kali ini bisa memberi manfaat untuk kalian semua yang baca :)

       Inilah pekerjaanku, membersihkan perahu milik nelayan yang ditambatkan di dermaga kecil ini. Aku mau melakukan apa pun dan dibayar berapa pun untuk membantu ibuku. Sebenarnya ibuku melarangku bekerja, aku hanya perlu belajar saja. Namun aku tidak mau, sebagai anak lelaki aku harus bisa melakukan sesuatu.
       Sepulang sekolah aku bermain bersama teman-temanku di dermaga. Segar rasanya melepas penat serta kejenuhanku di sini. Melompat, menyelam, berenang, dan bermain di segarnya air laut yang berwarna biru. Selain itu, aku juga dapat mensyukuri indahnya alam yang telah diciptakan Tuhan.
Sekarang saatnya pulang dan bekerja sebelum hari semakin sore. Tiba-tiba di jalan ada Franky, Si Preman Kecil yang sudah terkenal di kampungku. Ia bersama Sugeng, Bos Preman di sini. Mereka menghadangku dan menggeledah tasku. Namun karena aku memang tidak punya uang, mereka tidak menemukan sepersen uangpun dariku. Franky sebenarnya adalah anak yang baik. Dulu dia tidak seperti ini. Sejak bergaul dengan Sugeng, dia menjadi seperti ini. Walaupun Franky jahat kepadaku, aku selalu sabar menghadapinya.
       Di rumah ibu sudah menungguku. Kami makan seperti biasa. Tiada nasi, yang ada hanya ikan. Sudah lama kami tidak makan nasi. Aku ingin membahagiakan ibu, apapun yang kami makan tidak jadi soal asal perut bisa terisi. Suatu hari nanti aku berjanji jika aku sudah berhasil aku akan membelikan makanan yang enak untuk ibu. Sekarang saatnya bekerja. Ibu mencari ikan dan aku membersihkan perahu. Sepulang kerja nanti aku akan langsung membelikan ibu beras, semoga hari ini aku mendapatkan cukup uang untuk membeli beras.
       Pekerjaan ini sudah sejak lama kujalani, membersihkan perahu milik nelayan. Sebagai upahnya aku mendapatkan seekor rajungan dari satu perahu yang kubersihkan. Nantinya rajungan-rajungan ini akan kujual di pasar dan uangnya akan kugunakan untuk membeli beras. Semua pekerjaan yang halal asal dikerjakan dengan tenang nantinya akan menghasilkan berkah.
       Sepertinya hari ini sudah cukup. Sekarang saatnya aku menjual rajungan ini ke pasar, semoga aku bisa membeli beras untuk ibu dan kami bisa kenyang. Oh..tidak! Ada Franky dan Sugeng. Aku harus lewat jalan lain, lari...!!! Huh, akhirnya aku berhasil meloloskan diri. Di sini sudah aman. Entah bagaimana nasibku tadi jika mereka berhasil menangkapku.
       Yah.. sedikit saja uang yang aku dapat, hanya Rp6.000, bisa dapat beras berapa kilo ya dengan uang ini? Berarti besok aku harus bekerja lebih keras lagi. Loh, itu kan Si Franky! Ya ampun ia dipukuli Sugeng. Aku harus menolongnya. Namun karena badanku yang jauh lebih kecil dibanding Sugeng, aku tidak bisa berbuat banyak, uang hasil kerja kerasku  malah dirampas olehnya. Aku dan Franky sama-sama tidak bisa berbuat apa-apa. Untung Bapak Franky datang, beliau marah besar dan Sugeng langsung melarikan diri. Akhirnya Franky minta maaf padaku, ia berjanji tidak akan menjadi anak nakal lagi.
       Aku terkejut saat Bapak Franky mau membelikanku beras. Hore! Aku senang sekali, mimpi apa aku semalam? Ini pengalaman yang luar biasa. Di saat  aku merasa hidupku sudah diambang maut, Tuhan menolongku. Tuhan selalu memperhatikanku, dia akan  selalu menolongku selama aku berbuat baik dan jujur.
       Ibu, hari ini kita bisa makan nasi dan kita akan kenyang...

Rabu, 23 Januari 2013

Asal Usul Minuman Krenyes


Kali ini aku mau berbagi info dan pengetahuan seputar minuman bersoda, nih, buat kalian yang suka banget minuman yang satu ini.. Kalian pasti udah biasa minum soft drink. Minuman bersoda ini emang pas banget diminum saat udara panas. Wuiiih, krenyes-krenyes segar! Gimana, sih, kisah minuman itu sampai bisa sepopuler seperti sekarang? Baca postingan di bawah ini :)


 Ketika kita bicara soft drink, berarti kita sedang membicarakan semua minuman dingin yang tidak mengandung alkohol. Konon, minuman seperti itu sudah dikenal sejak abad ke-17 di Prancis. Soft drink yang dikenal saat itu adalah campuran air dengan air jeruk lemon yang diberi rasa manis dari madu. Setelah soft drink dari air jeruk itu, kemudian muncul ide dari para ahli untuk membuat minuman sehat dari air yang bergelembung. Ide itu muncul karena mereka tertarik pada air bergelembung, yang muncul dari mata air. Air itu dipercaya sangat baik bagi kesehatan.
Para tahun lalu menemukan bahwa gelembung-gelembung udara itu ternyata berasal dari gas karbonium atau gas karbon dioksida (CO2). Pada tahun 1767, Joseph Priestly, seorang berkebangsaan Inggris, membuat minuman dari campuran air dan gas karbonat (CO2). Minuman itu kemudian dikenal dengan sebutan soft drink atau minuman bersoda alias berkarbonat. Gelembung-gelembung yang muncul pada air soda itu memberi kesan segar, sehingga banyak orang menyukainya.
Soft drink menjadi semakin populer sejak tahun 1807, setelah Dr. Philip Syng, ahli farmasi dari Amerika, menambahkan rasa pada minuman bersoda itu. Perpaduan antara rasa manis dan gelembung-gelembung CO2  itu membuat banyak orang jatuh cinta pada soft drink. Agar minuman itu semakin menarik, maka kemasannya dibuat dalam aneka bentuk. Mulai dari botol kaca, kaleng, sampai botol plastik.
Nah, yang perlu diperhatikan saat kita minum soft drink, minuman ini mengandung cukup banyak kalori dan gula. Jika kita terlalu banyak mengonsumsi kalori dan gula, baik lewat makanan maupun minuman, bisa-bisa tubuh kita akan kelebihan berat badan atau malah bisa terkena diabetes. Makanya, kita boleh mengonsumsinya, tapi harus tahu batas jangan sampai berlebihan.

Sabtu, 19 Januari 2013

Bikinnya pake hati loh.. Eh bukan deng, pake jarum, benang, sama kertas :p

Kesempatan Kedua


                Aku berdiri mematung, melihat diriku yang terbaring tak sadarkan diri di atas tempat tidur dengan langit-langit putih dan bau obat yang sangat ku benci. Seluruh tubuhku mati rasa, syaraf-syarafku tak berfungsi menanggapi ransang, aku tak dapat merasakan apapun kecuali rasa sakit yang satu ini, di sini. Sakit sekali. Di samping aku terbaring, kulihat dirimu duduk menatapku sambil menggenggam tanganku. Kau mencoba mengajakku bicara walaupun kau tahu aku takkan pernah menjawabmu, setidaknya kau yakin bahwa aku masih mendengarmu. Percayalah, aku mendengarmu, kau benar, aku memang mendengarmu. Aku mendengar semua yang kau katakan padaku, aku mendengar pertanyaanmu hanya tak mampu untuk menjawabmu. Hidupku kini hanya bergantung pada selang-selang yang terhubung ke alat-alat yang bahkan aku pun tak begitu mengerti apa fungsi alat-alat itu sesungguhnya. Yang ku tahu hanyalah, alat itu yang membuatku masih bisa dikatakan hidup, walaupun sesungguhnya aku hanya terbaring kaku dan tak berdaya. Tapi, hei, tahukah kau bahwa aku bisa melihat diriku sendiri yang terbaring di sana? Juga melihatmu yang setia menungguku bangun, membuka mata, dan tersenyum kepadamu seperti biasa? Bukankah ini hebat?
Jujur saja, sesungguhnya aku sangat ingin bangun dari tidur panjangku, membuka mataku, melihatmu, dan tersenyum untukmu. Sangat ingin. Asal kau tahu saja, sungguh pegal dan sangat tidak enak terus terbaring seperti ini. Aku rindu saat-saat kita tertawa bersama. Rindu saat-saat tiada lagi keraguan dalam hati. Rindu saat-saat kita percaya segalanya akan terus begini, begitu indah. Aku memohon pada Tuhan, aku minta kepada-Nya untuk memberiku satu kesempatan lagi, untuk memberiku hidup kedua, dan Dia mengabulkannya. Aku kembali masuk ke dalam ragaku. Ku terbangun, membuka mataku, melihatmu, dan tersenyum untukmu sesuai janjiku. Ku biarkan kau genggam tanganku dan perlahan menarikku semakin mendekatimu, memelukku. Kesempatan hidup kedua ini akan kugunakan untuk mengukir kenangan-kenangan yang lebih indah bersamamu...